Buku kedua yang saya baca tahun 2022 adalah buku So Good They Can’t Ignore You yang ditulis oleg Cal Newport. Newport ini terkenal dengan bukunya yang berjudul Deep Work, tapi buat saya sendiri, saya lebih tertarik untuk membaca bukunya yang lain, Digital Minimalism.
Cal Newport sendiri merupakan profesor muda ilmu komputer di Georgetown University. Newport menulis beberapa buku nonfiksi, yang paling terkenal barangkali adalah Deep Work.
Walaupun begitu, buku ini jadi buku Newport pertama yang saya baca karena buku inilah yang saya temukan di rentetan diskon harian Kindle US beberapa minggu yang lalu. Akhirnya, saya memutuskan untuk membaca buku ini terlebih dahulu. Selain itu, buku ini cukup tipis untuk ukuran sebuah buku nonfiksi, buku ini berjumlah sekitar 173 halaman. Sehingga, harapannya saya bisa membaca buku ini dengan cepat.
Nasihat “Follow Your Passion” yang Disanggah Mentah-Mentah
Secara garis besar, di dalam buku ini Newport membantah dengan tegas kata-kata “follow your passion” yang sering menjadi saran dalam dunia karier. Baginya, passion bukanlah segalanya dalam menemukan pekerjaan yang kita cintai. Newport di dalam buku ini mengagaskan ide utamanya yaitu sebenarnya kemampuan atau skill lebih penting dibanding passion dalam menentukan karier dan mendapatkan pekerjaan yang kita cintai.
Di sepanjang buku, Newport memberikan gagasan-gagasannya lewat cerita beberapa orang yang dia wawancara dan setelahnya ditarik kesimpulan tentang apa yang bisa didapatkan dari pengalaman orang tersebut.
Alih-alih mencari passion, menurutnya, jauh lebih bagus untuk kita mengembangkan dan mengasah skill untuk mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan. Newport sendiri memberikan empat aturan dalam menemukan pekerjaan yang benar-benar kita cintai.
- Jangan ikuti passion. Menurut Newport, pesan seperti “Follow Your Passion” tidak sepenuhnya menjawab kegalauan dalam karrier kita. Malahan, ini membuat kita semakin bingung akan arah hidup kita dan menambah pertanyaan-pertanyaan seperti “Kalau begitu apa passion saya?”, “Bagaimana cara menemukan passion saya?” atau “Apa tujuan saya hidup di dunia ini?” yang mana, pertanyaan-pertanyaan itu membutuhkan jawaban yang lebih kompleks dari sekadar “ya” atau “tidak”. belum lagi pesan seperti ini membuat kita memandang passion seperti harta karun yang tersembunyi, sehingga kita menghabiskan waktu hidup kita untuk mencari “harta karun” atau passion tersebut.
- Jadilah sangat baik dalam pekerjaan kita, sampai-sampai orang tidak bisa mengabaikan kita.
- Pada poin ini, Newport berpendapat bahwa mengasah kemampuan lebih baik dibanding hanya sekadar mencari passion. Newport berpendapat bahwa dengan menguasai penuh skill-skill yang dibutuhkan dalam pekerjaan kita, kemungkinan kita mencintai pekerjaan kita akan semakin tinggi.
- Untuk menjadi sangat baik dalam suatu bidang tertentu, Newport menekankan sebuah konsep yang sebenarnya sudah familier oleh kita, yaitu deliberate practice. Untuk menguasai skill tertentu, jam terbang atau waktu yang kita habiskan untuk mempelajari skill tersebut tidak cukup. Tapi juga bagaimana kita melatih skill kita.
- Lewat poin ini, Newport menegaskan pentingnya untuk berlatih bagian-bagian dari area skill kita yang tidak kita suka dan belum kita kuasai dan juga pentingnya mendapatkan umpan langsung (immediate feedback) untuk menguasai suatu bidang.
- Ketika kita sudah menjadi cukup baik dalam bidang kita, ketahuilah batasan untuk diri kita dan pekerjaan dan dapatkan kontrol atas waktu dan cara kita bekerja.
- Di bagian ini Newport memperkenalkan konsep baru yaitu kontrol atas hidup kita, yaitu tingkat kebebasan untuk memilih pekerjaan apa dan bagaimana cara kita mengerjakan pekerjaan tersebut. Tapi, kontrol ini bisa menjadi sangat memikat dan justru menjadi jerat bagi kita. Newport berpendapat bahwa untuk mendapatkan kontrol atas hidup kita sendiri, kita harus memenuhi poin kedua terlebih dahulu, yaitu memiliki skill yang langka dan sangat berharga. Hal ini diperlukan untuk membangun kepercayaan orang lain terhadap kita dan membangun reputasi diri.
- Poin terakhir adalah menemukan **misi ****dalam mengerjakan pekerjaan kita. Hal ini didapatkan dengan melakukan small steps, mengumpulkan pengalaman, disertai dengan pendalaman skill hingga akhirnya kita dapat menemukan mengapa kita mengerjakan pekerjaan tersebut. Ketika hal ini sudah tercapai, kita akan cenderung lebih mencintai pekerjaan kita.
Bias Newport dalam Buku
Newport memberikan pandangan baru mengenai cara untuk mencintai pekerjaan yang sedang kita jalani. Dalam buku, Newport dengan jelas membantah saran seperti “Follow Your Passion” dan menyarankan bahwa pengembangan kemampuan atau skill jauh lebih penting untuk mencintai pekerjaan kita sehingga kita menjadi lebih bahagia dalam hidup.
Tapi, saya rasa, buku ini terlalu bias dengan kepercayaan Newport tersebut. Di sepanjang buku, Newport menyajikan contoh-contoh yang mendukung pernyataan Newport tersebut seperti cerita orang-orang yang gagal karena mengutamakan passion di sisi lain, Newport juga memberikan contoh orang yang akhirnya menjadi sukses karena memilih skill ketimbang terus mencari passion.
Hal ini malah membuat saya skeptis dan bertanya-tanya, “Jadi, apa kita tidak boleh mengikuti passion sama sekali?” “Apakah memulai karrier dengan hal yang kita suka terlebih dahulu—atau hal yang merupakan passion kita adalah salah?” dan sayangnya, saya tidak menemukan jawaban itu di dalam buku. Seolah-olah Newport hanya menjelaskan opini-opininya dan cerita-cerita yang hanya memperkuat opininya tersebut.
Sewaktu saya membaca buku ini, saya lumayan optimis untuk menyelesaikan buku ini dalam beberapa hari saja, karena buku ini tebalnya hanya sekitar 170 halaman. Tapi ternyata, butuh waktu sampai satu minggu untuk menyelesaikan buku ini. Alasannya adalah pembawaan penulis lewat narasi-narasi yang lambat pada buku sehingga membuat saya cepat bosan.
Seperti penulis pada umumnya, Newport mengawali setiap bab dengan studi kasus berupa cerita orang-orang yang ia wawancarai kemudian ditarik kesimpulan dari cerita tersebut, yang mendukung opininya.
Sayangnya, contoh-contoh yang dibawakan Newport, seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, terlalu bias dalam mematahkan “Follow Your Passion.” Selain itu beberapa argumen saya temukan berulang dengan cerita yang berbeda.
Pengalaman Baca So Good They Can’t Ignore You
Walaupun begitu, dalam membaca buku ini, saya kembali diingatkan bahwa mengejar passion barang kali bukan hal yang sepenuhnya salah, tapi mengasah kemampuan diri jauh lebih penting. Buku setebal 170-an halaman ini sebenarnya cukup mudah untuk dibaca tapi pembawaan Newport yang sangat lambat bisa saja membuat pembaca menjadi cepat bosan. Apalagi di bab awal Newport dengan lugas menyatakan inti dari keseluruhan buku: bahwa mengejar passion emata-mata tidak akan membuat kita bahagia dengan pekerjaan kita, tapi kita harus terus mengasah skill sehingga menjadi “So Good They Can’t Ignore You.” Sisanya hanya menjelaskan detail-detail kecil yang memperkuat argumen Newport.
Buku ini sangat bagus untuk dibaca oleh berbagai orang dari berbagai kalangan, khususnya untuk orang-orang muda yang masih mencari jenis pekerjaan yang tepat untuk mereka—barangkali untuk orang-orang berumur 20-an. Buku ini tidak akan memberikan solusi atas pertanyaan-pertanyaan kita mengenai makna hidup dan pekerjaan apa yang sesuai dengan kita, tapi buku ini bisa membantu kita untuk mencari jawabannya dengan cara yang lebih tepat.
Oleh karena itu, saya putuskan untuk memberi buku ini rating 3.5/5 ⭐.
0 Comment