Pada bulan Agustus kemarin, saya memutuskan untuk mulai membaca karya Stephen King, setelah dibuat kagum dengan film adaptasi dari 3 karya Stephen King, yaitu It, In The Tall Grass dan Gerald’s Game. Saya memilih The Outsider karena blurb yang unik dan saya suka ilustrasi yang ada di bagian cover buku ini yang memberikan kesan seram dan horor. Ekspektasi saya saat mulai membaca buku ini cukup tinggi, apalagi banyak pembaca yang menikmati karya Stephen King yang satu ini. Belum lagi buku ini sudah diadaptasi menjadi serial tv oleh HBO. “Pasti plot twist-nya keren,” pikir saya.
Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Bahkan untuk menyelesaikan buku ini, saya perlu waktu satu bulan penuh.
Mungkinkah Terry Berada di Dua Tempat Sekaligus di Waktu yang Sama?
The Outsider bercerita tentang seorang pembunuhan seorang anak kecil yang bernama Frankie Peterson. Kasus ini membuat semua orang marah karena Frankie dibunuh dengan sadis, bahkan sempat dilecehkan secara seksual. Semua barang bukti yang ada di tempat kejadian dan keterangan para saksi menunjuk satu orang yang sama, yaitu Terry Maitland. Masalahnya, Terry bersikeras bahwa dia tidak ada di kota saat Frankie dibunuh. Dia bahkan memiliki bukti kuat yang mendukung pernyataannya itu. Seisi kota dibuat bingung dengan fakta-fakta yang saling bertentangan ini. Baik bukti yang ditemukan di tempat kejadian maupun bukti yang mengatakan Terry tidak bersalah sama-sama kuat. Pertanyaan pun muncul: mengapa ada dua dan bagaimana. Hal ini yang membuat Detektif Anderson mengambil langkah lebih jauh untuk menginvestigasi kasus ini.
Pada bagian awal buku diceritakan proses penangkapan Terry Maitland sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Frankie Peterson. Beriringan dengan proses penangkapan Terry, King juga menyelipkan cuplikan wawancara Detektif Anderson dengan para saksi mata yang berada di sekitar tempat kejadian. Semua saksi mata, seolah-olah sudah direncanakan, mengaku bahwa mereka melihat Terry Maitland di sekitar tempat kejadian. Bukan hanya itu, beberapa dari mereka bahkan melihat Terry memakai baju bersimbah darah kali itu.
Seiring ke pertengahan buku, kejanggalan mulai terjadi. Terry mengaku bahwa dia tidak berada di dalam kota saat itu. Dia bahkan memiliki bukti yang tidak kalah kuat dibanding hasil sidik jari dan DNA yang diambil di tempat kejadian, dia tertangkap kamera pengawas sedang berada di kota yang bermil-mil jauhnya dari tempat kejadian.
Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Mungkinkah Terry bisa berada di dua tempat yang berbeda sekaligus di waktu yang sama?
“Once you eliminate the impossible, whatever remains, no matter how improbable, must be the truth”
Suasana Tegang di Awal cerita
Membaca uraian singkat yang tertera di sampul bagian belakang buku ini membuat saya tertarik dan sekaligus gembira saat memulai membaca buku ini. Dan benar saja, 200 halaman pertama membuat saya “terengah-engah” membaca buku ini, karena kepiawaian Stephen King dalam membawakan alur cerita. Hal pertama yang saya suka dari buku ini: konsep cerita yang King bawakan sangat unik dan membuat saya tidak berpikir dua kali untuk langsung mulai membaca.
Stephen King mampu menyulap buku misteri yang biasa yang bertebal 300 halaman menjadi 600 halaman, dengan banyak ketegangan dan keseruan di bagian awal.
Saya suka bagaimana Stephen King membangun suasana tegang di dalam buku ini. Cara King mendeskripsikan kondisi korban, Frankie Peterson, dengan sangat detail membuat bulu tengkuk saya merinding. King mampu dengan sangat baik membuat saya bertanya-tanya, “Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang benar? Dan kira-kira bagaimana King menutup cerita ini?”
Selain itu, King juga berhasil mendeskripsikan keadaan yang stressful setelah penangkapan Terry, terutama di keluarga Maitland dan Peterson. Menjelang ke pertengahan buku, bahkan kematian Frankie juga menyebabkan ibunya mengalami stress gila, ayahnya terkena depresi dan Ollie, abang Frankie, harus menyisihkan kesedihannya dan menjadi tulang punggung keluarganya. Di satu sisi, keluarga Maitland, Marcy, istri Terry menjadi stress berat dan putri kecilnya mengalami trauma dan mimpi buruk.
Karena keseruan tersebut, ketegangan dan kesedihan yang dibangun oleh King sangat apik, saya sampai menghabiskan 300 halaman pertama dalam dua hari.
“There was one rockhard fact, as unassailable as gravity: a man could not be in two places at the same time.”
Pengokohan yang Kuat
Hal lain yang patut saya kasih jempol untuk buku ini adalah setiap tokoh sangat unik dengan sifatnya masing-masing. Terry yang diceritakan sebagai pria baik dan sayang kepada keluarga, membuat saya bertanya-tanya bagaimana orang baik seperti Terry bisa melakukan hal sekeji itu? Dan sekaligus membuat saya curiga dengan tokoh ini. Marcy dengan sifatnya setia dan berpikiran terbuka. Tokoh lain seperti Alec yang santai atau Howie Gold, pengacara yang membantu Terry, digambarkan sebagai pria yang tegas, cerdas dan penuh perhitungan.
Namun, ada dua tokoh yang sangat jelas dan kontras buat saya, yang menjadi dua tokoh penting di sepanjang buku: Detektif Anderson sendiri dan Holly Gibney yang diperkenalkan di bagian tengah buku. Detektif Anderson digambarkan sebagai seseorang yang lebih menghargai fakta, logis, rasional dan analitis. Tidak sekalipun muncul di benaknya hal-hal fantastis dan imajiner yang mungkin menjadi penyebab dalam kasus ini. Sementara berkebalikan dengan Anderson, Gibney merupakan seorang wanita muda dengan pikiran terbuka, menghargai dan memperhitungkan setiap kebetulan-kebetulan yang terjadi dan peluang yang mungkin terjadi di masa depan.
Keduanya memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Tapi justru sifat yang saling bertolak belakang inilah yang dibutuhkan untuk memecahkan kasus Frankie Peterson.
Strip away the metaphors, Jeannie had said, and you are left with the inexplicable. The supernatural.
Eksekusi Akhir Cerita yang Kurang Apik
Makin ke pertengahan buku, rupanya saya mulai bosan. Ternyata, ekspektasi yang sudah saya bangun untuk diri sendiri, tidak kunjung terjadi. Saya tadinya berekspektasi akan ada kejutan atau setidaknya hal-hal lain yang tidak mengurangi ketegangan yang sudah dibangun di awal cerita. Namun, sayangnya, saya merasa King sedikit melebih-lebihkan dan mengulang satu premis yang sama: bagaimana seseorang bisa berada di dua tempat yang sama dan bagaimana menjelaskan hal-hal yang terkesan tidak masuk akal.
Selain itu, kemunculan beberapa tokoh baru seperti Holly Gibney diceritakan dengan kurang mulus. Saya kurang begitu mengerti kenapa King seolah-olah memperkenalkan tokoh baru ini secara tiba-tiba di pertengahan cerita. Selain itu, sangat sedikit yang saya ketahui tentang tokoh yang menjadi partner Detektif Anderson ini.
Plot twist yang sudah saya nanti-nantikan di akhir buk rupanya tidak begitu mengejutkan saya. King sendiri menyingkapkan kemungkinan atau tanda-tanda twist dari cerita ini di pertengahan buku, atau setidaknya di 200 halaman terakhir. Ternyata, solusi yang dibawakan oleh King tidak begitu impresif buat saya.
Saya berekspektasi akan ada suatu penjelasan mengenai kasus ini, seperti apa yang selalu dibawakan oleh buku-buku fiksi kriminal dan misteri kebanyakan. Tapi, ternyata saya salah untuk berekspektasi seperti itu. Sepertinya buku-buku yang ditulis King tidak seperti fiksi misteri kebanyakan. Untuk seseorang yang berharap ketegangan di sepanjang buku dan twist yang gila, buku King yang satu ini tentunya akan mengecewakan saya.
Selain itu, di bagian ending, saya kecewa berat dengan bagaimana King mengakhiri cerita tersebut. Beberapa hal yang seharusnya menjadi momen paling menegangkan, rupanya terjadi begitu cepat.
Alhasil, The Outsider tidak meninggalkan kesan yang begitu berarti saat saya menutup buku ini.
Perjalanan Baca Pertama Kali dengan Stephen King
Secara keseluruhan, saya tetap senang membaca buku The Outsider, meski di bagian pertengahan, alurnya mulai terasa hambar sehingga saya menghabiskan satu bulan penuh untuk membaca buku 600 halaman ini. Tapi, King sangat apik dalam membangun konsep cerita yang unik serta tokoh-tokoh yang kuat di dalam buku ini dan bagaimana King membangun cerita di bagian awal yang patut diacungi jempol.
Stephen King menyajikan cerita misteri kriminal yang jauh berbeda dibanding buku bergenre serupa. Membaca buku ini memberikan pengalaman baca yang cukup unik dan membuat saya mulai mengenal King lewat tulisannya. Memang buku ini tidak untuk pembaca yang mengharapkan adanya twist yang gila di bagian akhir dengan ketegangan yang kental di sepanjang buku. Sepertinya karya-karya King tidak seperti itu.
Meskipun begitu, saya tidak sabar untuk membaca karya King yang lain, barangkali dimulai dengan Pet Sematary yang sudah saya beli sejak lama namun tidak kian tersentuh oleh saya. Saya juga sangat senang untuk langsung menonton serial televisinya, yang diadaptasi oleh HBO.
0 Comment